Sabtu, 06 Agustus 2011

(BIOGAS ARSC)

HASIL KUNJUNGAN/ VISITASI ARSC 2009

    Kunjungan ke LM3 Mahad Nurul Haromain Binaan BBPP Batu pada tanggal 18 April 2009 menghasilkan beberapa kesimpulan tentang “Optimalisasi Potensi Ternak”. Diantaranya adalah ide yang telah dikemukakan oleh Pak Johan tentang “Penerapan Zero Waste pada Agribisnis Ternak” dan yang akan dibahas disini adalah tentang “Pembuatan Energi Alternatif Berupa Biogas dari Kotoran Sapi”.
    Biogas yang dihasilkan di ponpes tersebut dulunya berasal dari kotoran sapi perah. Ternyata penggunaan kotoran sapi perah kurang begitu menguntungkan, karena perwatan sapi perah itu sendiri yang terlalu sulit dan merepotkan. Akhirnya, beberapa waktu yang lalu pengurus ponpes tersebut mengganti sapi perah dengan sapi biasa, sapi ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sapi perah. Pertama, sapi ini tidak membutuhkan makanan berupa rumput segar, dengan rumput kering pun sapi ini mau mengkonsumsinya. Perawatannnya pun tidak terlalu sulit. Dan kotorannya juga memiliki kualitas yang hampir sama dengan kotoran sapi perah.
    Menurut Pak Johan, Pembuatan biogas ini terdiri dari 3 tahap, yaitu:
*    Tahap pertama adalah hidrolisis, tahap ini adalah tahap dimana terjadi pemecahan feses menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana. Dengan cara pencampuran feses dan air dengan perbandingan 1:1 dan kemudian diaduk.
*    Tahap kedua adalah acidogenesis, yaitu tahap pengasaman, sehingga bakteri-bakteri yang ada pada kotoran sapi bisa mati.
*    Dan tahap terakhir adalah metanogenesis, merupakan tahap dimana terjadinya pengubahan kotoran sapi tersebut menjadi gas Metana (CH4).

Di ponpes ini tidak menggunakan prinsip dengan meletakkan gas metana pada tabung penampung, karena akan menimbulkan berbagai kerugian. Jika diletakkan pada tabung penampung kerugiannya adalah gas metana yang dikeluarkan melalui tabung akan lebih sedikit dibandingkan dengan gas metana yang dimasukkan ke dalam tabung, karena untuk menghasilkan jumlah gas yang sama maka diperlukan suatu pemberat di atas tanah yang berfungsi untuk memberikan tekanan pada tabung penampung.
Kandungan gas pada biogas harus diperhatikan dan harus disesuaikan dengan kebutuhan. Ada 2 kemungkinan penggunaan biogas, yaitu:
*          Digunakan sebagai bahan bakar kompor untuk memasak dll, kandungan CH4 hanya 60-65% selebihnya bisa merupakan gas CO2, H2O ataupun H2S karena tidak akan bersifat destruktif.
*          Tetapi jika digunakan sebagai bahan bakar mesin, kandungan gas pada biogas harus murni CH4, karena selain gas metana yang ada pada biogas maka gas lain tersebut akan bersifat merusak mesin.
Biogas lebih efektif jika langsung digunakan setelah diproduksi, karena jika biogas dimasukkan dan disimpan ke dalam suatu tabung seperti layaknya LPG (Liquid Petroleum Gas), maka akan banyak menimbulkan kerugian. Kerugiannya adalah, daya simpan biogas dalam tabung hanya tahan 45 menit. Dan jika biogas tadi dicairkan maka akan memerlukan beberapa teknologi yang mahal, harga mesin untuk mencairkan biogas sekitar kurang lebih 150 juta, dan jika sudah dicairkan maka biogas tersebut akan menjadi lebih sedikit, yaitu hanya 10% dari jumlah aslinya.
Dari kenyataan di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa biogas tidak efektif jika disimpan pada tabung. Karena dipastikan harganya akan jauh lebih mahal daripada sumber energi yang sering kita gunakan, yaitu LPG. Dan jika lebih mahal maka energi ini  bukan lagi merupakan energi alternatif yang semakin dibutuhkan di era ini.